Setiap kita tentu pernah, bahkan sering, berdoa kepada Allah:
“Ya Allah, berikan aku kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.”
Sebuah doa indah, sarat harapan, dan penuh makna. Tapi mari kita bertanya dengan jujur: apakah kita benar-benar pantas menerima jawaban dari doa itu?
Ataukah kita termasuk golongan yang berbohong pada Tuhan dan pada diri sendiri, karena kita berdoa tanpa tindakan, berharap tanpa perjuangan, dan memohon tanpa kesungguhan?
Doa Itu Janji, Bukan Sekadar Permintaan
Banyak orang salah paham tentang doa. Mereka mengira doa hanyalah permintaan yang cukup diucapkan, lalu menunggu hasilnya datang dari langit. Padahal, doa adalah janji kepada Tuhan bahwa kita akan berubah, bergerak, dan berjuang.
Berdoa tanpa bekerja = pemalas yang berharap keajaiban.
Bekerja tanpa berdoa = pejuang yang sombong pada Tuhannya.
Tapi mereka yang berdoa dan bekerja, merekalah pejuang sejati.
Kalau engkau berdoa minta rezeki, tapi tak bangun pagi, tak serius bekerja, enggan belajar, malas berpikir—itu bukan doa, itu ilusi.
Kalau engkau berdoa minta surga, tapi lalai salat, berat sedekah, dan ringan maksiat—itu bukan pengabdian, itu penipuan.
Jangan Bohongi Tuhan, Jangan Tipu Diri Sendiri
Tuhan Maha Mengetahui isi hatimu. Ia tahu siapa yang sungguh-sungguh, dan siapa yang hanya bermain kata.
Kebohongan terbesar bukan yang diucapkan kepada orang lain, tapi yang ditanamkan dalam hati sendiri.
Berdoa agar hidup bahagia tapi enggan berusaha—itu dusta.
Berharap akhirat indah tapi malas ibadah—itu tipu diri.
Iman bukan khayalan. Iman adalah tekad. Maka setiap doa adalah awal dari sebuah tanggung jawab:
- Minta sehat? Maka jaga tubuhmu.
- Minta rezeki? Maka kejar peluangmu.
- Minta ketenangan? Maka jauhi dosa-dosa yang kau tahu.
- Minta surga? Maka bangun malam, perbanyak sedekah, tahan amarah.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Itu bukan ayat biasa. Itu adalah tamparan cinta dari Tuhan: “Aku tidak akan bantu kamu, kalau kamu tidak bantu dirimu sendiri.”
Motivasi: Hidupmu Tidak Akan Berubah oleh Doa Saja, Tapi oleh Doa yang Menggerakkan Langkahmu
Mari bangkit. Mari berhenti menjadi pemimpi pasif.
Berdoalah, lalu bergerak. Berharaplah, lalu berjuang.
Karena surga bukan untuk mereka yang hanya bisa berkata “Ya Allah,” tapi untuk mereka yang berkata “Ya Allah” sambil berlari menuju-Nya.
Jangan jadikan doa sebagai alasan untuk bermalas-malasan.
Jadikan doa sebagai bahan bakar untuk mengubah nasib.
Jadikan doa sebagai energi yang membuatmu terus menantang rintangan.
Jika kamu tidak sungguh-sungguh dalam bekerja, maka jangan tangisi kemiskinanmu.
Jika kamu tidak sungguh-sungguh dalam ibadah, maka jangan berharap surga terbuka untukmu.
Tapi jika hari ini kamu mulai bersungguh-sungguh, maka langit akan melihat usahamu, dan bumi akan memberi jalan padamu.
Penutup: Bangkit dan Buktikan Doamu
Berhentilah berdoa tanpa kesungguhan.
Berhentilah berharap tanpa kerja.
Berhentilah bicara iman, kalau hidupmu tak berubah.
Hari ini, buatlah keputusan baru:
Aku akan jujur pada Tuhanku. Aku akan jujur pada diriku. Aku akan buktikan doaku dengan kerja, amal, dan pengorbanan.
Dan saat itu terjadi, langit pun akan berkata:
“Ini hamba-Ku. Ia tidak hanya meminta, ia membuktikan.”
By: Andik Irawan