Dakwah Tanpa Sentuhan Hati: Ketika Organisasi Besar Gagal Menyapa Akar Rumput

Bagikan Keteman :


Dakwah Tanpa Sentuhan Hati: Ketika Organisasi Besar Gagal Menyapa Akar Rumput

Ada semangat besar saat seseorang memutuskan bergabung dengan organisasi dakwah.
Harapan membuncah: ingin tumbuh dalam lingkungan yang membina hati, memperkuat iman, dan menjadikan dirinya agen perubahan di masyarakat.
Namun, betapa sering harapan itu pudar begitu melihat kenyataan di lapangan.

Program jalan, tapi hati tidak tersentuh.
Struktur rapi, tapi tidak menggerakkan jiwa.
Agenda teratur, tapi hampa makna.

Bahkan, lebih menyakitkan lagi: organisasi yang katanya berskala nasional, ternyata “zonk” saat tiba di pelosok desa. Tidak ada pembinaan, tidak ada pendampingan, hanya formalitas dan rutinitas tanpa ruh.


Apa yang Salah? Bukan pada Besarnya Nama, Tapi Gagalnya Menyapa Jiwa

Masalahnya bukan pada struktur.
Bukan pada kelengkapan AD/ART.
Bukan pula pada banyaknya program dan proposal.

Masalah utamanya adalah:

gagal menyapa hati manusia.

Organisasi dakwah, jika tidak turun menyentuh kebutuhan paling mendasar umat — kasih sayang, pendampingan, pemahaman, dan solusi nyata — maka ia hanyalah bangunan megah tanpa isi.

Dan sayangnya, desa-desa yang seharusnya jadi ujung tombak dakwah, justru diabaikan.
Barangkali dianggap tidak penting.
Barangkali karena “ndeso”, tidak menarik perhatian.


Padahal Justru di Desa Itulah Cahaya Dakwah Seharusnya Bersinar

Desa adalah tempat nilai-nilai Islam masih hidup.
Desa adalah lahan subur untuk pembinaan generasi.
Desa adalah tempat lahirnya kekuatan sosial dan spiritual yang murni.

Jika organisasi dakwah menyepelekan desa, berarti ia sedang melepas akar dari pohonnya sendiri.
Dan pohon yang kehilangan akar, akan tumbang cepat atau lambat.


Motivasi untuk Pejuang Dakwah di Daerah: Jangan Menunggu Pusat, Jadilah Api Sendiri

Wahai aktivis dakwah di pedesaan,
Mungkin struktur pusat tak peduli.
Mungkin laporanmu tidak dibaca.
Mungkin suaramu tak sampai.

Tapi jangan padam. Jangan menyerah.

Karena cahaya dakwah tidak menunggu izin pusat untuk bersinar.
Ia akan hidup di hati yang tulus, walau berada di pelosok tak dikenal.

Mulailah dari satu rumah.
Sentuh satu keluarga.
Dampingi satu masalah.
Lakukan dengan hati.
Karena satu hati yang tercerahkan lebih berharga dari seribu program tak bertuan.


Penutup: Kembalikan Ruh Dakwah ke Akar Rumput

Dakwah bukan sekadar nama organisasi.
Bukan pula rutinitas program tahunan.
Dakwah adalah napas cinta yang hadir di tengah masyarakat, menyembuhkan luka, menjawab kebutuhan, dan membangun perubahan dari bawah.

Jika pusat lupa pada desa, maka biarlah desa menjadi pusat kebangkitan baru.

Dan jika engkau merasa sendiri di jalan ini, ingatlah:
Langit selalu bersama orang-orang yang ikhlas.
Tak butuh sorotan, cukup ridha Tuhan.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment