Ketika Organisasi Mati, Di Mana Peran Penasehat dan Pelindung?

Bagikan Keteman :


Organisasi dibentuk sebagai wadah untuk menata kekuatan kolektif, mengelola potensi, dan mencapai tujuan bersama. Namun, bagaimana jika yang tersisa dari organisasi hanyalah nama dan struktur kosong? Bagaimana jika yang aktif hanyalah ketua, sekretaris, dan bendahara, sementara bidang-bidang lainnya lenyap tanpa suara dan tanpa arah?

Lebih dari itu, bagaimana jika sang ketua telah menjabat selama 25 tahun tanpa periodesasi, tanpa regenerasi, dan tanpa evaluasi? Maka kita perlu bertanya:
Di mana para pelindung dan penasehat organisasi? Apa mereka tak tahu? Atau justru memilih tak peduli?


Organisasi Tanpa Jiwa: Ketika Sistem Hanya Sekadar Formalitas

Ciri organisasi yang mati secara fungsional sangat mudah dikenali:

  • Tidak ada rapat rutin
  • Tupoksi (tugas pokok dan fungsi) tidak berjalan
  • Tidak ada regenerasi atau periodesasi kepemimpinan
  • Pergantian posisi dilakukan semaunya
  • Keputusan diambil sepihak, dan aktivitas hanya melibatkan segelintir orang

Lebih menyedihkan lagi, organisasi ini tetap berjalan secara formal, tapi kehilangan makna. Seperti tubuh yang bernapas, tetapi jiwanya telah lama mati.


Pelindung dan Penasehat: Posisi Strategis yang Sering Diabaikan

Dalam struktur organisasi, pelindung dan penasehat bukan hanya “penghias” di papan struktur. Mereka memegang peran strategis:

  • Memberi arahan moral dan nilai-nilai dasar organisasi
  • Menjadi pengingat ketika organisasi menyimpang
  • Mengawasi jalannya sistem sesuai visi-misi

Namun saat organisasi macet, mandek, bahkan beku dalam status quo, perlu dipertanyakan sejauh mana fungsi mereka benar-benar dijalankan. Bila mereka tidak bersuara, tidak menegur, tidak membenahi—maka wajar bila muncul pertanyaan:
Apakah mereka lalai? Apakah mereka abai? Atau justru membiarkan keadaan ini karena nyaman dengan kekacauan yang terstruktur?


Organisasi Sehat Butuh Sistem, Bukan Hanya Semangat

Sebuah organisasi bukan milik satu orang. Ia milik sistem yang hidup dari:

  • Periodesasi yang jelas
  • Struktur yang berjalan
  • Regenerasi yang sehat
  • Partisipasi yang terbuka

Pemimpin yang menjabat selama dua dekade tanpa pergantian adalah tanda kemandekan demokrasi organisasi. Dan bila pelindung serta penasehat tidak pernah menegur atau mengingatkan, maka mereka ikut menjadi bagian dari kerusakan itu.


Saatnya Berbenah: Tanggung Jawab Moral Kolektif

Reformasi organisasi tidak hanya tugas ketua baru. Ia adalah tanggung jawab kolektif, terutama dari para penasehat dan pelindung yang punya posisi terhormat dan pengalaman lebih.

Jika organisasi hendak dibangun ulang, maka langkah awalnya adalah:

  1. Aktifkan kembali semua struktur dan bidang
  2. Evaluasi peran dan efektivitas kepemimpinan
  3. Tegakkan aturan periodesasi dan musyawarah
  4. Kuatkan kembali peran pelindung dan penasehat agar tidak hanya simbolik

Penutup: Pelindung dan Penasehat, Bangkitlah!

Jangan biarkan organisasi menjadi sarang ego dan kekuasaan pribadi.
Jangan biarkan organisasi hidup hanya di atas kertas, tapi mati dalam sistem.
Dan jangan biarkan posisi pelindung dan penasehat kehilangan arti karena pasif dan diam.

Pelindung dan penasehat adalah rem moral organisasi.
Jika mereka berfungsi dengan benar, organisasi akan kembali menemukan arah.
Namun jika mereka terus diam, maka kematian organisasi bukan karena kelalaian struktur, tetapi karena pengkhianatan nilai-nilai oleh orang-orang yang seharusnya menjaganya.

Saatnya bangkit. Saatnya membenahi. Saatnya bersikap.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment