Islam dan Standar Kemuliaan: Bukan Kekayaan, Bukan Kecerdasan, Tapi Kemanfaatan
Dalam kehidupan ini, manusia sering terjebak dalam standar penilaian duniawi. Ada yang dinilai mulia karena gelarnya, ada yang dihormati karena kekayaannya, ada pula yang diagungkan karena kecerdasannya. Namun, Islam datang membawa standar yang sangat adil, logis, dan membumi. Islam menilai kualitas manusia bukan dari tampilan luarnya, melainkan dari tinggi rendahnya manfaat yang ia berikan kepada orang lain.
✅ Ukuran Terbaik: Siapa Paling Banyak Memberi Manfaat
Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia di antara kalian adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lain.”
(HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni)
Hadis ini menjadi fondasi utama dalam memahami bahwa kemuliaan seseorang tidak diukur dari kecerdasan, kekayaan, jabatan, atau status sosial, melainkan dari dampak positif kehadirannya bagi orang lain.
✅ Bukan Kekayaan, Bukan Status Sosial
Dalam masyarakat, sering kali orang kaya lebih dihormati. Tapi dalam pandangan Allah, yang kaya namun pelit tidak lebih mulia dari orang miskin yang tetap dermawan dalam keterbatasannya.
Islam mengajarkan bahwa kaya dan miskin hanyalah ujian, bukan penentu kemuliaan. Yang dinilai adalah bagaimana seseorang menggunakan hartanya untuk kebaikan.
✅ Bukan Kecerdasan, Bukan Gelar Akademik
Banyak orang berpikir bahwa gelar sarjana atau kecerdasan tinggi membuat seseorang lebih mulia. Padahal, orang cerdas yang sombong, malas berbuat baik, atau hanya mementingkan diri sendiri, tidak ada harganya di sisi Allah.
Sebaliknya, orang sederhana, bahkan mungkin dianggap bodoh oleh masyarakat, jika setiap harinya ia berusaha membantu, menolong, melayani, dan bermanfaat bagi orang sekitar, maka derajatnya tinggi di sisi Allah.
✅ Bukan Gender, Bukan Fisik
Sering kali wanita dianggap lemah hanya karena perbedaan biologis. Tapi Islam menepis anggapan ini. Seorang ibu rumah tangga yang dengan penuh cinta dan kesabaran merawat keluarganya, menjaga kehormatan suami, membesarkan anak-anak dengan akhlak Islami, bisa lebih mulia dibandingkan laki-laki yang sibuk dengan dunia tapi lupa tanggung jawabnya.
Cantik atau tidak, gagah atau tidak, bukan itu ukuran Islam. Ukurannya adalah seberapa besar manfaat yang diberikan bagi keluarga, tetangga, masyarakat, bahkan makhluk hidup lainnya.
✅ Inilah Keadilan Sejati Islam
Islam sangat cerdas dalam menetapkan tolok ukur kemuliaan manusia. Allah tidak menilai manusia dari sesuatu yang manusia tidak bisa pilih sejak lahir, seperti warna kulit, bentuk tubuh, atau bakat alami. Yang dinilai adalah usaha, amal, kontribusi, dan manfaat.
Ini adalah bentuk keadilan Allah yang luar biasa. Siapa pun bisa mulia di hadapan-Nya, asalkan ia berjuang memberi manfaat, sesuai kemampuan dan perannya di dunia.
✅ Penutup: Masing-masing Kita Punya Peluang Mulia
Maka hari ini, jika kita merasa bukan orang kaya, bukan orang pintar, bukan orang yang populer atau berpengaruh besar di masyarakat, jangan kecil hati. Selama kita terus berbuat baik, membantu orang lain, menjaga kebaikan, dan memberi manfaat sekecil apapun, maka kita tengah melangkah menuju derajat manusia terbaik di hadapan Allah.
Inilah Islam…
Agama keadilan, agama kasih sayang, agama yang menilai manusia dari kemanfaatannya, bukan dari topeng duniawinya.
By: Andik Irawan