Fenomena “One Man Show” di Desa: Penyebab dan Solusi

Bagikan Keteman :


Di berbagai kawasan pedesaan, tidak jarang muncul fenomena yang bisa disebut sebagai “one man show” — di mana dalam berbagai urusan sosial, pemerintahan, hingga kegiatan kemasyarakatan, yang tampil dan mengurus adalah orang-orang itu saja. Warga desa pun merasa bosan, bahkan apatis, karena seolah-olah tidak ada lagi tokoh lain yang bisa mengambil peran. Fenomena ini bukan sekadar masalah individu, melainkan cerminan dari dinamika sosial yang lebih dalam.

Penyebab Fenomena “One Man Show” di Desa

  1. Dominasi Sosial dan Politik
    Beberapa individu di desa mungkin menguasai sumber kekuasaan, baik melalui status sosial, ekonomi, maupun pengaruh keluarga. Hal ini membuat mereka menjadi tokoh sentral dalam berbagai keputusan dan aktivitas.
  2. Kurangnya Kaderisasi dan Regenerasi
    Tidak adanya upaya untuk membina kader baru menyebabkan posisi pengurus terus diisi oleh orang yang sama. Regenerasi kepemimpinan menjadi mandek, sehingga wajah-wajah baru sulit muncul.
  3. Budaya Patronase dan Ketergantungan
    Dalam budaya patron-klien yang masih kuat, warga cenderung menyerahkan urusan kepada tokoh tertentu yang dianggap lebih mampu. Kemandirian dan partisipasi aktif warga menjadi lemah.
  4. Apatisme Masyarakat
    Rasa bosan dan ketidakpercayaan membuat masyarakat enggan untuk terlibat. Mereka merasa percuma berpartisipasi karena hasil akhirnya sudah bisa ditebak — dikuasai oleh orang yang sama.
  5. Penguasaan Informasi dan Akses
    Kesempatan untuk terlibat sering kali hanya diketahui atau diberikan kepada kalangan tertentu, sementara warga lainnya tidak mendapat ruang untuk ambil bagian.
  6. Kenyamanan dengan Status Quo
    Perubahan dianggap berisiko. Karena itu, mempertahankan orang lama dirasa lebih aman daripada mengangkat orang baru yang belum teruji.

Dampak Negatif yang Muncul

  • Stagnasi Inovasi: Desa kurang berkembang karena tidak ada ide-ide baru.
  • Partisipasi Rendah: Warga merasa tidak memiliki desa mereka sendiri.
  • Ketidakpuasan Sosial: Meningkatkan potensi munculnya konflik antarwarga.
  • Monopoli Keputusan: Kebijakan hanya mewakili segelintir pihak, bukan aspirasi bersama.

Langkah-Langkah Solusi

Untuk mengatasi fenomena ini, diperlukan langkah-langkah konkret, antara lain:

  • Mendorong Kaderisasi
    Membuka pelatihan kepemimpinan dan memberi ruang bagi generasi muda untuk tampil dan belajar mengelola urusan desa.
  • Meningkatkan Transparansi
    Segala informasi terkait program, jabatan, dan peluang harus dibuka secara adil kepada seluruh warga.
  • Membangun Budaya Partisipatif
    Mengadakan musyawarah desa secara rutin dan memastikan semua suara warga didengar, tidak hanya kelompok tertentu.
  • Membatasi Masa Jabatan
    Membuat aturan yang membatasi periode seseorang menjabat dalam kepengurusan desa, untuk mencegah kekuasaan yang terlalu lama berpusat pada satu orang atau kelompok.
  • Mendidik Kesadaran Politik Warga
    Pendidikan politik di tingkat desa perlu diperkuat agar warga sadar akan hak dan kewajiban mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

Penutup

Fenomena “one man show” di desa sejatinya bukan sekadar persoalan individu, melainkan refleksi dari sistem sosial dan budaya yang berkembang. Dibutuhkan kesadaran kolektif dan upaya bersama untuk membangun desa yang lebih partisipatif, demokratis, dan berkelanjutan. Hanya dengan membuka ruang bagi lebih banyak orang, desa bisa tumbuh menjadi komunitas yang sehat dan dinamis.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment