Dalam derasnya arus dunia modern, kita menyaksikan fenomena yang menggetarkan hati: praktek riba bukan saja marak, tetapi bahkan dibela dengan berbagai alasan. Yang lebih menyedihkan, ada yang berucap ringan:
“Apa salahnya riba? Bukankah sama saja dengan jual beli? Yang penting sama-sama ridho, ikhlas, selesai urusan.”
Pernyataan ini, sadar atau tidak, menunjukkan betapa parah kondisi pikiran dan hati pelakunya.
1. Hati yang Membeku: Tidak Takut Lagi kepada Dosa
Orang yang masih hidup hatinya, sekecil apa pun dosanya, akan merasa gelisah. Tapi mereka yang menjalankan riba dengan enteng tanpa rasa takut, itu tanda bahwa hatinya telah mengeras dan membeku.
Allah SWT telah mengingatkan:
“Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan telah menutupi hati mereka.”
(QS. Al-Muthaffifin: 14)
Ketika dosa riba dilakukan tanpa rasa bersalah, itu bukan sekadar salah ilmu — tapi sinyal rusaknya hati.
2. Pikiran yang Terkunci oleh Cinta Dunia
Tidak sedikit pelaku riba yang tetap memilih jalan haram itu karena pikirannya telah dikunci oleh cinta dunia.
Keuntungan materi, kemewahan, gengsi duniawi, menjadi tujuan utama. Sedangkan kebenaran, halal-haram, dan keridhaan Allah, dianggap tidak relevan.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan (dosa).”
(HR. Baihaqi)
Mereka lebih takut kehilangan uang daripada kehilangan ridha Allah. Mereka lebih cemas bangkrut di dunia daripada bangkrut di akhirat.
3. Menghalalkan yang Diharamkan: Bahaya Terbesar
Lebih parah lagi, sebagian mencoba membungkus riba dengan logika sesat: “Kan sama-sama ikhlas, jual beli juga cari untung, apa bedanya?”
Padahal Rasulullah SAW telah mengabarkan bahwa akan datang masa di mana:
“Manusia menghalalkan riba dengan menamakannya jual beli.”
(HR. Ahmad)
Mereka tidak sekadar berbuat dosa, tetapi membungkus dosa dengan justifikasi, membuatnya tampak seolah-olah benar.
Ini adalah bentuk kehancuran spiritual yang paling berbahaya.
4. Ancaman Berat: Perang Terhadap Allah dan Rasul
Pelaku riba bukan hanya berdosa, mereka juga mengundang murka Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman dengan ancaman yang sangat tegas:
“Jika kamu tidak meninggalkan sisa-sisa riba, maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.”
(QS. Al-Baqarah: 279)
Apakah kita sanggup menahan azab dari “perang” Allah? Tentu tidak!
5. Jalan Keluar: Menyucikan Hati, Menyelamatkan Diri
Masih ada harapan. Masih ada jalan taubat. Allah Maha Pengampun bagi hamba-hamba-Nya yang mau kembali.
Langkah-langkah yang harus kita ambil:
- Belajar ilmu fiqih muamalah secara mendalam.
- Berhijrah dari riba, walaupun perlahan dan bertahap.
- Membangun rasa takut akan dosa, dan memperkuat cinta kepada Allah.
- Mencari rezeki yang halal, walau berat di awal, namun penuh keberkahan.
Ingatlah, hidup dalam kekurangan namun halal lebih mulia daripada hidup berlimpah namun haram.
Penutup: Memilih Jalan Selamat
Kini pilihan ada di tangan kita:
Tetap bertahan dalam riba dan mengundang kemurkaan, atau hijrah menuju keberkahan.
Mari kita renungkan:
“Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik.”
(HR. Ahmad)
Jangan biarkan hati kita membeku. Jangan biarkan pikiran kita membisu terhadap kebenaran.
Mari kita hidup dalam cahaya halal, menuju akhirat yang penuh keselamatan.
“Ya Allah, hidupkanlah hati kami dengan cahaya iman, jauhkan kami dari dosa riba, dan karuniakan kami rezeki yang halal, berkah, dan penuh ridha-Mu. Aamiin.”
By: Andik Irawan