Latihan Kebaikan Sejak Dini: Kunci Menjadi Dermawan dan Bersyukur di Setiap Level Kehidupan

Bagikan Keteman :


Latihan Kebaikan Sejak Dini: Kunci Menjadi Dermawan dan Bersyukur di Setiap Level Kehidupan

Manusia hidup dalam jenjang kebutuhan yang bertingkat, mulai dari kebutuhan dasar seperti makan, pakaian, dan tempat tinggal, hingga kebutuhan yang lebih tinggi seperti pengakuan sosial dan aktualisasi diri. Teori Abraham Maslow menyebutkan bahwa kebutuhan ini saling berjenjang, dan kecenderungan manusia akan berfokus pada kebutuhan yang belum terpenuhi.

Namun, dalam realitas hidup, naiknya status ekonomi seseorang tidak selalu sejalan dengan meningkatnya nilai moral, seperti sikap dermawan atau rasa syukur. Bahkan, bisa jadi justru sebaliknya: semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, semakin sulit ia untuk berbagi, berbuat baik, dan bersyukur—termasuk kepada orang yang paling berjasa dalam hidupnya: ayah dan ibunya.

Kebiasaan Tidak Tumbuh Otomatis Seiring Kekayaan

Berbuat baik kepada orang tua, bersyukur, dan bersedekah bukanlah sesuatu yang otomatis muncul saat seseorang sudah mapan atau kaya. Nilai-nilai tersebut adalah hasil dari pembiasaan dan latihan yang dilakukan sejak dini, bahkan sejak seseorang masih berada di level ekonomi terbawah.

Jika saat hidup pas-pasan seseorang tidak terbiasa bersyukur, maka besar kemungkinan saat berada di puncak ekonomi pun ia tidak akan mampu bersyukur. Ia akan merasa terus kekurangan, meskipun secara materi sudah jauh lebih dari cukup. Demikian pula, jika sejak miskin tidak terbiasa berbuat baik pada orang tua, maka ketika kaya pun kesempatan itu akan semakin kecil, karena hatinya sudah terlatih untuk mendahulukan kepentingan diri sendiri.

Meningkatnya Kebutuhan, Meningkat Pula Ujian

Seiring naiknya tingkat kehidupan, kebutuhan manusia juga bertambah. Namun sayangnya, kebutuhan yang meningkat ini sering kali bukan kebutuhan yang benar-benar penting, melainkan tuntutan gaya hidup dan gengsi. Inilah jebakan yang sering membuat seseorang makin sulit melihat ke bawah, makin lupa pada asalnya, dan makin berat untuk berbagi.

Tanpa pondasi nilai yang kuat sejak awal, seseorang akan mudah terseret dalam pusaran ambisi dan keserakahan. Ia akan terus merasa kurang, terus mengejar lebih, tanpa pernah cukup, tanpa pernah bersyukur, dan tanpa sempat menengok orang tuanya yang dulu berjuang demi hidupnya.

Latihan Jiwa Sejak Dini

Bersyukur dan dermawan adalah latihan jiwa. Mereka yang terbiasa hidup sederhana, namun tetap bisa bersyukur dan berbagi, sejatinya telah menyiapkan diri untuk menjadi manusia besar. Karena nilai-nilai luhur itu tidak ditentukan oleh seberapa banyak uang di tangan, tetapi oleh seberapa luas hati yang dimiliki.

Mereka yang sejak kecil atau sejak berada di bawah membiasakan diri untuk hormat kepada orang tua, dermawan kepada sesama, dan bersyukur atas rezeki yang sedikit sekalipun, akan lebih mudah mempertahankan nilai-nilai itu ketika kelak sukses dan berkecukupan.

Penutup: Kebaikan Harus Dibiasakan, Bukan Ditunggu

Jangan tunggu kaya untuk berbuat baik pada orang tua. Jangan tunggu sukses untuk bersyukur. Dan jangan tunggu berada di atas untuk mulai berbagi. Mulailah dari sekarang, dari yang kecil, dari yang sederhana.

Karena jika di level terbawah kita tidak bisa melatih kebaikan, maka di level tertinggi pun kita akan tetap gagal dalam kebaikan itu.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment