Ketika Malu Hilang dari Wanita, Peradaban pun Terancam

Bagikan Keteman :


Ketika Malu Hilang dari Wanita, Peradaban pun Terancam

Di balik kemegahan peradaban, di balik setiap tokoh besar yang mengukir sejarah, hampir selalu ada sosok wanita tangguh yang mendidik, mendoakan, dan menjaga nilai-nilai hidup. Wanita adalah tiang peradaban. Dari rahimnya lahir generasi penerus umat manusia. Dari kelembutannya tumbuh akhlak, dan dari keteladanannya tertanam nilai-nilai kehidupan.

Namun, pernahkah kita merenung: apa yang terjadi jika wanita kehilangan sesuatu yang sangat berharga — rasa malu?

Malu, Mahkota Akhlak Wanita

Rasa malu bukan kelemahan. Justru, ia adalah mahkota kemuliaan. Dalam Islam, malu adalah bagian dari iman. Ia adalah benteng yang menjaga kehormatan, pengendali dari dorongan nafsu, dan penjaga dari kehancuran moral.

Ketika rasa malu masih melekat dalam diri seorang wanita, maka ia akan menjaga diri dari perbuatan yang merusak. Ia akan menolak untuk menjadi bagian dari budaya yang menghalalkan segala cara demi popularitas atau kesenangan sesaat. Ia akan menjadi cahaya di tengah zaman yang gelap.

Namun, jika rasa malu telah tercabut…

Ketika Malu Hilang, Gelap Menyelimuti

Ketika wanita tak lagi malu menanggalkan kehormatannya di ruang publik, ketika batas antara pribadi dan konsumsi umum kabur, ketika aurat dipamerkan tanpa beban, ketika tutur kata kasar dianggap wajar, ketika gaya hidup bebas dianggap sebagai kemajuan — maka bersiaplah: peradaban akan berguncang.

Anak-anak akan tumbuh tanpa teladan, lelaki akan kehilangan arah, dan masyarakat akan dipenuhi kehampaan spiritual. Sebab, wanita bukan hanya pribadi, dia adalah pendidik umat. Jika pendidiknya rusak, maka rusaklah generasinya.

Perempuan, Engkaulah Cahaya Peradaban

Wahai para wanita — jangan remehkan peranmu. Engkau bukan pelengkap, engkau adalah poros. Engkau bukan sekadar bagian dari masyarakat, engkau adalah penjaga arah moralnya. Malumu adalah kekuatan, bukan belenggu. Kehormatanmu adalah kemuliaan, bukan hambatan.

Jangan biarkan dunia yang bising dengan ajakan kebebasan semu menipu langkahmu. Tegakkan kepala dengan iman, kokohkan langkah dengan ilmu, dan balut dirimu dengan rasa malu yang mulia. Itulah yang membuatmu istimewa — bukan karena siapa yang memandangmu, tapi karena siapa dirimu di hadapan Tuhan.

Kesimpulan: Bangkitkan Peradaban dari Dalam Diri

Jika wanita bangkit menjaga malu dan akhlaknya, maka cahaya akan kembali bersinar di rumah-rumah, sekolah-sekolah, hingga pusat-pusat kekuasaan. Tapi jika wanita kehilangan urat malunya, maka gelaplah dunia, rusaklah generasi, dan ambruklah peradaban.

Mari, kita bangun dunia yang lebih baik — dimulai dari dalam diri kita sendiri. Sebab dunia tak akan berubah jika kita tak berubah.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment