Di era serba cepat ini, fenomena anak usia sekolah—terutama tingkat SMP dan SMA—yang memilih untuk bekerja sambil belajar semakin sering kita jumpai. Ada yang menjadi barista, pekerja toko, bahkan ikut berdagang online. Sekilas, hal ini tampak positif: anak menjadi mandiri, terlatih tanggung jawab, dan bisa memperoleh uang saku sendiri. Banyak pula yang menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar, normal, bahkan patut diapresiasi. Namun, mari kita tengok lebih dalam ketika fenomena ini terjadi pada anak-anak yang sejatinya telah tercukupi kebutuhannya oleh orang tuanya. Tidak ada tekanan ekonomi, tidak pula keterpaksaan. Lantas, mengapa…
Read MoreZaman Canggih: Anugerah Ilahi yang Tak Boleh Disia-siakan
Di era digital ini, teknologi berkembang dengan pesat dan hampir merambah setiap aspek kehidupan manusia. Kemudahan akses informasi menjadikan dunia terasa tanpa batas. Hal ini juga berdampak besar dalam bidang keagamaan: berbagai kitab klasik dan kontemporer tersedia secara daring, ceramah dan kajian dari ulama terkemuka bisa diakses dengan satu klik, bahkan interaksi langsung dengan guru agama pun dapat dilakukan secara virtual. Kemajuan ini sejatinya adalah nikmat besar dari Allah SWT. Ia dapat menjadi sarana yang luar biasa untuk memperluas wawasan, memperdalam pemahaman agama, dan memperkokoh keimanan. Dengan teknologi, seseorang tidak…
Read MoreDakwah di Era Digital: Menjawab Tantangan Arus Kemaksiatan Zaman Canggih
Kemajuan teknologi di era modern telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Informasi kini menyebar dalam hitungan detik, menjangkau miliaran orang tanpa batas ruang dan waktu. Namun, di balik kecepatan dan kecanggihan itu, tersembunyi bahaya besar: maksiat merajalela dan tersebar dengan mudah. Pornografi, kekerasan, pelecehan agama, hingga gaya hidup bebas masuk ke dalam genggaman siapa pun—tanpa saringan. Di sinilah tantangan besar bagi umat Islam, khususnya para da’i dan pejuang nahi mungkar. Jika kemungkaran menyebar lewat teknologi, maka kebaikan pun harus diperjuangkan dengan teknologi. Kemaksiatan yang Tersistem dan Masif Saat ini,…
Read MoreTetap Bijaksana di Tengah Zaman Modern: Menjaga Diri dalam Arus Kecanggihan
Zaman modern hadir dengan segala kecanggihan dan kemudahan. Informasi datang dalam hitungan detik. Segala kebutuhan tersedia dalam genggaman. Hidup menjadi serba cepat dan serba bisa. Namun, di balik gemerlap itu, muncul pertanyaan besar: bagaimana agar kita tetap bijaksana, tetap manusia, tetap hamba Allah yang sadar dan terarah? 1. Menata Waktu: Kembali ke Makna, Bukan Sekadar Jadwal Dalam Islam, waktu bukan hanya angka. Ia adalah amanah yang akan ditanya pada hari hisab. Rasulullah SAW bersabda: “Dua nikmat yang sering dilupakan manusia: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari) Maka, untuk menata waktu…
Read MoreBanjir Informasi, Hati yang Melarat: Krisis Jiwa di Zaman Serba Tahu
Semakin hari, kehidupan manusia terus bergerak menuju era yang disebut “super-modern”. Segalanya menjadi cepat, praktis, dan instan. Berkat teknologi, informasi kini hadir dalam genggaman—cukup satu sentuhan, dunia pun terbuka. Kita bisa mengetahui peristiwa di belahan bumi mana pun dalam hitungan detik. Namun, di balik kemudahan ini, tersimpan persoalan besar yang kian meresahkan: beban jiwa yang makin berat, hati yang makin melarat. Semakin Banyak Tahu, Semakin Banyak Galau Dulu, manusia hanya mengetahui hal-hal di sekitarnya. Ia cukup memikirkan sawahnya, tetangganya, atau keluarganya. Kini, manusia modern mengetahui segalanya—isu politik dunia, bencana global,…
Read MoreManusia Modern dan Kemunduran Religius: Sebuah Refleksi Islam atas Kemajuan Teknologi
Dalam lanskap kehidupan modern yang dipenuhi oleh kemajuan teknologi, manusia tampaknya berada pada titik yang membingungkan: antara merasa lebih maju secara peradaban atau justru semakin menjauh dari nilai-nilai spiritual yang hakiki. Di tengah gemerlap teknologi dan segala kemudahannya, kita perlu bertanya secara jujur: apakah manusia modern benar-benar maju, atau justru sedang mengalami kemunduran dari sisi religiusitas? Pola Hidup Rasulullah: Ritme Fitrah Sejati Islam sebagai agama yang sempurna telah mengajarkan pola hidup yang seimbang, sehat, dan sarat makna. Rasulullah SAW mencontohkan ritme kehidupan yang sangat teratur: tidur setelah Isya, bangun pada…
Read MoreManusia Modern: Kemajuan yang Menjajah
Di era modern yang serba canggih ini, manusia tampaknya telah mengalami sebuah paradoks besar: semakin maju teknologinya, semakin jauh pula ia dari jati dirinya. Teknologi yang semestinya menjadi alat bantu, perlahan-lahan menjelma menjadi “tuan” yang menjajah waktu, pikiran, bahkan ruhani manusia. Manusia modern adalah manusia yang paling rentan dijajah oleh kecanggihan ciptaannya sendiri. Dulu, siang dan malam menjadi penanda ritme kehidupan—bekerja di siang hari, beristirahat di malam hari. Kini, dengan hadirnya listrik dan lampu terang, batas siang dan malam seakan mengabur. Banyak orang yang terus terjaga hingga larut malam, bukan…
Read MoreKetika Hati Seorang Mukmin Terluka: Syariat Dilecehkan, Hati Menangis
Dalam perjalanan hidup seorang mukmin yang mencintai syariat Allah, akan datang masa-masa yang sangat melukai jiwa—yakni saat melihat hukum-hukum Allah diremehkan, dipermainkan, bahkan dihina secara terang-terangan. Lebih menyayat hati lagi jika pelecehan itu datang dari sesama Muslim, terlebih mereka yang dikenal sebagai tokoh atau pemuka umat. Betapa perihnya ketika seorang Muslim mengusulkan agar kehidupan kembali diatur dengan syariat Allah, namun malah disambut dengan cibiran: “Sok suci,” “terlalu syar’i,” atau “fanatik berlebihan.” Hati yang hidup tak mungkin tak tersentak, bahkan terasa ingin menangis. Luka Karena Iman, Bukan Karena Ego Kesedihan itu…
Read MoreSendiri di Jalan Kebenaran: Pilihan Muslim Berprinsip di Tengah Arus Mayoritas
Dalam hidup ini, akan datang saat-saat di mana seseorang harus memilih antara menjadi benar atau menjadi populer. Ketika mayoritas manusia menempuh jalan yang melalaikan perintah Allah, dan nilai-nilai agama dianggap kuno atau ekstrem, maka seorang Muslim yang berpegang teguh pada syariat akan tampak berbeda, bahkan terasing. Namun, dalam Islam, berbeda karena memegang kebenaran adalah sebuah kemuliaan, bukan kehinaan. Allah tidak memerintahkan kita untuk mengikuti jumlah, tapi untuk mengikuti petunjuk. Maka walaupun semua orang berjalan ke utara, jika ke arah itu terdapat pelanggaran syariat, maka seorang Muslim sejati akan memilih berjalan…
Read MoreUzlah Bijak: Menjaga Jarak demi Menjunjung Syariat
Di tengah kehidupan sosial yang penuh dinamika, seorang Muslim yang taat tak jarang dihadapkan pada dilema batin: antara menjalin hubungan sosial yang luas dengan sesama manusia—termasuk kawan dan kolega—dan menjaga hati agar tetap bersih dari pengaruh pelanggaran terhadap syariat Allah. Ketika melihat sebagian orang, bahkan sesama Muslim, dengan terang-terangan mengabaikan larangan Allah—seperti melakukan praktik riba, suap, kedustaan, atau bentuk kemaksiatan lain—hati yang masih hidup pasti merasa berat untuk bersama. Dalam kondisi seperti ini, seorang Muslim yang menjaga komitmen imannya akan cenderung mengambil sikap: menjaga jarak secara bijak, tidak memutus hubungan…
Read More