Dalam kehidupan sosial, kita sering menyaksikan satu fenomena yang mengundang keprihatinan:Seseorang diberi amanah untuk memimpin sebuah organisasi atau lembaga, namun membiarkannya mandek, tidak bergerak, tidak menjalankan peran sebagaimana mestinya.Anehnya, ia tidak merasa bersalah atau malu dengan kondisi tersebut. Apa penyebab utama fenomena ini?Apakah karena kebodohan — ia tidak tahu bagaimana memimpin?Ataukah karena rasa malu dalam dirinya telah mati? Menimbang Antara Dua Sebab Mana yang Lebih Dekat dengan Fakta? Melihat berbagai kenyataan di lapangan, kehilangan rasa malu lebih sering menjadi sebab utamanya, bukan semata-mata karena kebodohan. Mengapa? Maka jelas:Bukan bodoh yang…
Read MoreKetika Amanah Dikhianati: Fenomena Matinya Rasa Malu dalam Kepemimpinan
Dalam dunia dakwah dan nasihat para nabi, kalimat agung ini selalu dikumandangkan:“Jika kamu tidak memiliki rasa malu, maka berbuatlah sesukamu.”(HR. Bukhari) Kalimat ini adalah peringatan keras, bukan ajakan bebas berbuat. Ia menegaskan bahwa rasa malu adalah benteng terakhir moral manusia. Ketika rasa malu hilang, manusia akan dengan mudah tergelincir dalam kehinaan tanpa merasa bersalah. Fenomena yang Lebih Berat: Pemimpin Tanpa Malu Di zaman ini, kita menyaksikan fenomena yang lebih parah:Seseorang yang diamanahi untuk memimpin sebuah organisasi atau lembaga, namun dengan ringan membiarkan organisasi itu mandek — tidak bergerak, tidak berfungsi…
Read MoreRasa Malu: Benteng Akhlak yang Semakin Dilupakan
Sejak zaman para nabi, sebuah kalimat penuh makna telah menjadi nasehat dalam dakwah:“Jika kamu tidak memiliki rasa malu, maka berbuatlah sesukamu.”(Sabda Nabi Muhammad SAW, diriwayatkan dalam banyak kitab hadits) Kalimat ini bukanlah dorongan untuk bebas berbuat tanpa batas, melainkan peringatan keras. Artinya, ketika rasa malu telah hilang dari seseorang, maka tidak ada lagi benteng yang mencegahnya dari melakukan segala bentuk perbuatan buruk. Relevansi di Zaman Ini Di era modern, nasihat ini terasa semakin nyata. Banyak orang menilai benar dan salah hanya berdasarkan aturan tertulis — hukum formal — tanpa mempertimbangkan…
Read MoreFenomena “One Man Show” di Desa: Penyebab dan Solusi
Di berbagai kawasan pedesaan, tidak jarang muncul fenomena yang bisa disebut sebagai “one man show” — di mana dalam berbagai urusan sosial, pemerintahan, hingga kegiatan kemasyarakatan, yang tampil dan mengurus adalah orang-orang itu saja. Warga desa pun merasa bosan, bahkan apatis, karena seolah-olah tidak ada lagi tokoh lain yang bisa mengambil peran. Fenomena ini bukan sekadar masalah individu, melainkan cerminan dari dinamika sosial yang lebih dalam. Penyebab Fenomena “One Man Show” di Desa Dampak Negatif yang Muncul Langkah-Langkah Solusi Untuk mengatasi fenomena ini, diperlukan langkah-langkah konkret, antara lain: Penutup Fenomena…
Read MoreFenomena Tokoh Terpelajar yang Terlibat dalam Pelanggaran Syariat: Sebuah Ironi di Masyarakat Desa
Di banyak kawasan desa, keberadaan tokoh terpelajar, baik itu berpendidikan tinggi, memiliki status sosial yang dihormati, maupun yang memiliki prestasi religius seperti sebutan haji atau hajjah, dianggap sebagai figur yang ideal untuk dijadikan panutan. Namun, sebuah fenomena yang membingungkan muncul ketika para tokoh yang memiliki kedudukan tinggi ini justru terlibat dalam pelanggaran syariat yang sangat jelas dilarang dalam agama, seperti praktik riba dan suap. Fenomena ini tentunya menciptakan dilema besar dalam masyarakat. Bagaimana mungkin seorang tokoh yang memiliki pendidikan tinggi dan dihormati, bahkan memiliki prestasi religius, justru terlibat dalam perbuatan…
Read MoreDampak Tidak Adanya Tokoh Teladan di Masyarakat Terhadap Remaja dan Pemuda
Di setiap komunitas, terutama di kawasan desa, keberadaan tokoh teladan sangat penting untuk membimbing dan memberi arahan kepada masyarakat, terutama kepada generasi muda. Tokoh ini bisa berupa sesepuh agama, pemimpin adat, atau figur masyarakat yang memiliki integritas dan akhlak yang baik. Namun, apa yang terjadi jika di suatu kawasan desa tidak ada sama sekali tokoh yang layak diteladani? Apa dampaknya bagi remaja, pemuda, dan masyarakat secara umum? Tanpa adanya figur yang dapat dijadikan panutan, banyak hal negatif bisa terjadi. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin timbul: 1. Krisis Moral dan…
Read MoreKontroversi Perilaku Sesepuh Agama: Tantangan bagi Kehormatan Ajaran Agama
Di banyak desa, sesepuh agama atau tokoh agama memegang peranan yang sangat penting dalam membimbing dan mengarahkan masyarakat sesuai dengan ajaran agama. Mereka tidak hanya dihormati, tetapi juga dianggap sebagai tauladan bagi umat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Namun, bagaimana jika seorang sesepuh agama menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran yang dia sampaikan? Contoh sederhana adalah seseorang yang mengajarkan tentang kejujuran, namun justru terlibat dalam praktik suap, atau yang mengajarkan tentang kehidupan akhirat, namun lebih mementingkan duniawi. Ini adalah fenomena yang sangat serius dan dapat mengguncang pondasi moral dalam masyarakat.…
Read MoreTanggung Jawab Sesepuh Utama Agama dalam Menjaga Pelaksanaan Syariat di Desa
Dalam kehidupan masyarakat desa, kehadiran sesepuh utama agama memiliki peranan yang sangat vital. Ia bukan hanya sekadar simbol kehormatan, melainkan pemegang amanah besar dalam membimbing, mengawasi, dan mengawal pelaksanaan syariat Islam di tengah-tengah umat. Tugas ini tidak sederhana, melainkan membawa konsekuensi berat baik di dunia maupun di akhirat. Amar Ma’ruf Nahi Munkar: Dasar Utama Tugas Sesepuh Prinsip dasar yang menjadi landasan tugas sesepuh agama adalah perintah Islam untuk amar ma’ruf nahi munkar — memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan hendaklah ada di antara…
Read MoreFigur Pilihan Tuhan: Cahaya dalam Kepolosan dan Kekuatan Iman
Di setiap komunitas, di setiap desa terpencil sekalipun, Tuhan tidak pernah meninggalkan manusia tanpa pelita.Selalu ada satu dua sosok — kadang tersembunyi, kadang tak dikenal luas — yang diam-diam memikul tugas berat: membimbing umat kepada kebenaran. Sosok ini bukan sembarang orang.Ia dipilih bukan karena gelar, bukan karena keturunan, bukan pula karena ambisinya.Ia dipilih karena kebeningan hatinya, kekuatan imannya, dan kepolosan jiwanya. Antara Kekuatan dan Keluguan Seorang figur pilihan Tuhan memiliki ciri-ciri yang luar biasa: Tetapi, bersamaan dengan kekuatan itu, ia tetap polos. Keluguan ini bukan tanda kelemahan, melainkan tanda kesucian.Seperti…
Read MoreSesepuh Utama Agama: Ketika Tuhan Mengutus Cahaya dari Balik Tirai Misteri
Di tengah-tengah kehidupan masyarakat, terutama di desa-desa yang tenang, seringkali lahir sosok-sosok yang keberadaannya bagaikan rahmat tersembunyi.Mereka adalah sesepuh utama agama — figur mulia yang tidak sekadar dihormati, tetapi dijadikan sandaran, tempat bertanya, tempat mencari pencerahan dalam gelapnya zaman. Namun, siapakah yang bisa memastikan kelahiran tokoh seperti itu?Apakah seseorang bisa sengaja menyiapkan penerusnya? Apakah bisa seseorang mendidik anaknya, mengajarinya kitab-kitab agama, membentuknya dengan harapan kelak akan menggantikan dirinya sebagai sesepuh utama? Sejarah membisikkan jawabannya: tidak semudah itu. Sebuah Jalan yang Tak Bisa Direkayasa Di banyak desa, para orang tua, guru,…
Read More