“Cinta Dunia: Akar Kehancuran Harga Diri dan Hilangnya Kehormatan Manusia”

Bagikan Keteman :


Dalam kehidupan modern yang penuh dengan gemerlap materi dan obsesi terhadap kedudukan, semakin tampak betapa mudahnya manusia kehilangan harga diri dan kehormatan. Segala hal bisa diperjualbelikan: suara, prinsip, bahkan iman. Tak sedikit orang yang dulunya mulia, jatuh hina hanya karena tergoda oleh harta atau kedudukan. Dalam ajaran Islam, fenomena ini telah lama diperingatkan sebagai akibat dari hubbud dunya—cinta dunia yang berlebihan.

Cinta Dunia: Awal dari Segala Kerusakan

Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Hampir tiba suatu masa di mana bangsa-bangsa akan mengerumuni kalian seperti orang-orang yang lapar mengerumuni hidangan.”
Para sahabat bertanya, “Apakah karena jumlah kami sedikit saat itu, ya Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Bahkan kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan. Allah akan mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan Allah akan menanamkan dalam hati kalian ‘al-wahn’.”
Mereka bertanya, “Apa itu al-wahn?”
Rasulullah menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.”
(HR. Abu Dawud)

Hadits ini menjadi cermin bagi kita. Ketika cinta dunia merajalela dan ketakutan terhadap kematian (yang berarti ketakutan terhadap akhirat) menguasai jiwa, manusia menjadi lemah, kehilangan keteguhan, dan mudah diperbudak oleh siapa saja yang punya kekuasaan atau uang.

Lupa Akhirat, Lenyaplah Kehormatan

Cinta dunia membuat manusia lupa akan akhirat. Lupa bahwa setiap amal akan dimintai pertanggungjawaban. Lupa bahwa surga dan neraka bukan dongeng, melainkan kenyataan yang akan segera dijumpai.

“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, Kami akan berikan balasan amal mereka di dunia, tetapi mereka tidak akan mendapatkan bagian di akhirat.”
(QS. Hud: 15–16)

Orang yang tenggelam dalam cinta dunia akan menjual prinsip, bahkan agamanya, demi keuntungan sesaat. Ia bisa berbohong, mengkhianati kepercayaan, atau menindas sesama, tanpa takut dosa. Ia melupakan bahwa harga diri bukan ditentukan oleh berapa banyak yang ia punya, tapi seberapa kuat ia bertahan dalam kebenaran.

Kapitalisme Tanpa Nurani dan Penjajahan Halus

Hari ini, manusia dijajah bukan oleh pasukan bersenjata, melainkan oleh sistem dan gaya hidup. Kapitalisme tanpa nilai telah melahirkan manusia-manusia boneka: rela menjual suara demi uang, rela menukar integritas demi jabatan, rela menindas demi proyek besar. Inilah bentuk penjajahan modern yang halus namun mengakar.

Namun Islam mengajarkan: kehormatan tidak bisa dibeli. Ia lahir dari kesadaran spiritual bahwa kita adalah hamba, bukan pemilik kehidupan ini. Ketika manusia mengingat akhirat, ia akan menjaga diri. Ia tidak akan rela hina karena dunia, sebab ia tahu ada kehidupan abadi yang jauh lebih menentukan.

Kembali kepada Allah: Solusi dari Krisis Kehormatan

Solusi atas krisis ini bukan hanya melalui pendidikan atau kebijakan, tapi melalui taubat kolektif. Kita harus kembali kepada Allah, memperbaiki tauhid, membersihkan hati dari cinta dunia yang melampaui batas. Kita harus membina generasi yang tahu bahwa kehormatan bukan terletak pada jabatan, tapi pada ketundukan kepada Allah.

“Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat serta berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedang dia beriman, maka mereka itulah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.”
(QS. Al-Isra’: 19)


Penutup: Harga Diri Tidak Dijual

Dalam dunia yang menjadikan uang sebagai raja, mari tetap menjadi hamba Allah yang setia. Tetaplah jujur walau sendirian. Tetaplah menjaga harga diri meski ditawarkan kekuasaan. Dunia hanya sesaat, tapi kehormatan di sisi Allah kekal selamanya.

Karena manusia yang kehilangan akhirat, akan kehilangan segalanya. Tapi siapa yang menjaga akhirat, Allah akan jaga dunianya.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment