Luka Para Cerdas: Ketika Kejeniusan Menjadi Kutukan yang Sunyi

Luka Para Cerdas: Ketika Kejeniusan Menjadi Kutukan yang Sunyi Di mata banyak orang, kecerdasan adalah anugerah. Kejeniusan adalah cahaya. Ia diasosiasikan dengan keberhasilan, kebanggaan, dan keistimewaan. Tapi bagi sebagian orang yang benar-benar cerdas, hidup justru menjadi lebih rumit, lebih pedih, lebih menyakitkan. Karena semakin tajam akal seseorang, semakin ia mampu melihat banyak hal yang tak beres. Semakin jernih pikirannya, semakin terang pula keburukan yang tampak di hadapannya—yang oleh orang lain dianggap biasa saja. Dan dari situlah luka batin sang intelektual bermula. Kemampuan Melihat Lebih Dalam, Tapi Tak Bisa Berbuat Banyak…

Read More

Intelektual dan Jalan Sunyi: Saat Pikiran Harus Berteman dengan Sepi

Intelektual dan Jalan Sunyi: Saat Pikiran Harus Berteman dengan Sepi Di dunia yang bising oleh tepuk tangan dan sorotan popularitas, menjadi seorang intelektual justru sering kali berarti menempuh jalan yang sepi dan sunyi. Bukan karena ia tak ingin bersuara, tapi karena pikirannya terlalu dalam untuk disambut gegap gempita, dan kebenaran yang dipegangnya terlalu tajam untuk diterima tanpa luka. Intelektual bukan sekadar gelar, bukan sekadar pintar berbicara di forum terbuka. Ia adalah sosok yang berpikir ketika orang lain sibuk berdebat, yang merenung ketika dunia tergesa-gesa, dan yang tetap menulis meski tak…

Read More

Dewan Pengawas atau Pengawas Dewan? Fenomena Lucu yang Menyedihkan

Di tengah dinamika tata kelola lembaga dan perusahaan publik yang seharusnya menjunjung prinsip transparansi dan keberpihakan pada rakyat, kita justru menemukan fenomena yang unik sekaligus tragis—yakni ketika dewan pengawas berubah fungsi menjadi perisai para pengurus. Ini bukan cerita fiksi. Dalam banyak forum pertemuan antara pengurus lembaga/perusahaan dan masyarakat, tak jarang dewan pengawas—yang sejatinya adalah wakil rakyat dan kepanjangan tangan pemimpin wilayah—malah tampil membela pengurus habis-habisan. Bukan menjaga rakyat, justru melindungi kepentingan segelintir elit dalam organisasi. Fenomena ini bukan hanya lucu dan ganjil. Ia nyungsang—terbalik dari logika sehat dan etika jabatan.…

Read More

Ilmu Tanpa Integritas: Ketika Gelar Tinggi Menjadi Beban Moral

Ilmu Tanpa Integritas: Ketika Gelar Tinggi Menjadi Beban Moral Di tengah masyarakat modern, gelar akademik dan pendidikan tinggi sering dipandang sebagai simbol keberhasilan, kemajuan, bahkan martabat. Orang yang menyandang gelar berderet—dari sarjana, magister, hingga doktor—diharapkan menjadi sosok teladan: cerdas, bijak, dan menjaga persatuan. Namun, apa jadinya jika di balik gelar yang panjang itu tersembunyi pribadi yang angkuh, penuh kontroversi, dan minim integritas? Inilah ironi besar dunia pendidikan: ketika ilmu tak disertai budi pekerti, maka gelar hanya menjadi hiasan tanpa makna, bahkan bisa berubah menjadi beban moral yang berat. Gelar Tak…

Read More

Jangan Diam Saat Organisasi Mati: Bahaya Masyarakat yang Apatis dan Mudah Dibodohi

Jangan Diam Saat Organisasi Mati: Bahaya Masyarakat yang Apatis dan Mudah Dibodohi Di banyak lingkungan, kita kerap menjumpai organisasi yang seharusnya menjadi penggerak masyarakat—seperti RT/RW, lembaga adat, organisasi kepemudaan, atau keagamaan—namun justru tampak beku, mati suri, bahkan tak lagi memiliki fungsi nyata. Ironisnya, kondisi ini dianggap biasa saja oleh warga. Tidak ada pertanyaan, tidak ada kritik, seolah-olah keadaan ini memang tak perlu diubah. Inilah gejala kelumpuhan sosial yang bisa menjadi awal dari berbagai kerusakan dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang Tidak Kritis: Subur untuk Ketertindasan Ketika masyarakat bersikap diam terhadap kemacetan…

Read More

Ketika Organisasi Mati, Di Mana Peran Penasehat dan Pelindung?

Organisasi dibentuk sebagai wadah untuk menata kekuatan kolektif, mengelola potensi, dan mencapai tujuan bersama. Namun, bagaimana jika yang tersisa dari organisasi hanyalah nama dan struktur kosong? Bagaimana jika yang aktif hanyalah ketua, sekretaris, dan bendahara, sementara bidang-bidang lainnya lenyap tanpa suara dan tanpa arah? Lebih dari itu, bagaimana jika sang ketua telah menjabat selama 25 tahun tanpa periodesasi, tanpa regenerasi, dan tanpa evaluasi? Maka kita perlu bertanya:Di mana para pelindung dan penasehat organisasi? Apa mereka tak tahu? Atau justru memilih tak peduli? Organisasi Tanpa Jiwa: Ketika Sistem Hanya Sekadar Formalitas…

Read More

Berorganisasi Bukan Sekadar Ramai-Ramai: Saatnya Kembali ke Prinsip Dasar!

Berorganisasi Bukan Sekadar Ramai-Ramai: Saatnya Kembali ke Prinsip Dasar! Banyak orang merasa telah berorganisasi hanya karena berkumpul dan menjalankan kegiatan bersama. Padahal, hakikat organisasi bukan sekadar ramai-ramai menjalankan kegiatan, tapi bagaimana kita bekerja dalam sistem yang terstruktur, berlandaskan aturan, dan menjunjung tinggi peran serta kepercayaan. Organisasi yang sehat tidak dibangun oleh semangat semata, tapi juga oleh ilmu, kesadaran, dan integritas. Setiap Posisi Punya Fungsi dan Batasan Dalam sebuah organisasi, setiap posisi memiliki tugas dan wewenang yang jelas: Lalu, apa jadinya bila semua tugas itu dilakukan oleh satu orang saja—biasanya ketua?…

Read More

Panitia: Struktur Sementara, Bukan Organ Tetap

Panitia: Struktur Sementara, Bukan Organ Tetap Dalam dinamika organisasi atau pemerintahan, sering kita jumpai pembentukan panitia untuk melaksanakan suatu kegiatan. Namun, tidak jarang pula terjadi kesalahpahaman mendasar mengenai fungsi dan sifat panitia. Bahkan, ada yang menjadikan panitia sebagai “lembaga permanen” yang terus-menerus ada dari tahun ke tahun tanpa pembubaran yang jelas. Ini adalah kesalahan konsep dan kesalahan mindset yang perlu diluruskan. Apa Itu Panitia? Panitia adalah sebuah kelompok kerja sementara yang dibentuk oleh suatu organisasi atau lembaga untuk menangani tugas atau kegiatan tertentu yang bersifat tematik dan terbatas waktu. Artinya:…

Read More

Panitia Qurban: Antara Wakil Ibadah dan Pembantu Teknis

Setiap kali datangnya Idul Adha, umat Islam di seluruh dunia berbondong-bondong melaksanakan ibadah qurban. Di balik kelancaran proses ini, ada sosok-sosok yang bekerja tanpa pamrih, yaitu panitia qurban. Mereka mengatur segala sesuatu, dari penerimaan hewan hingga distribusi daging. Namun, satu pertanyaan mendasar sering kali muncul: apakah panitia qurban berstatus sebagai wakil syar’i shohibul qurban, ataukah hanya pembantu teknis belaka? Pertanyaan ini penting, karena status mereka akan menentukan hak, kewajiban, dan batasan dalam pelaksanaan ibadah qurban. Mari kita telusuri bersama dari sudut pandang syariat Islam. Hadis Nabi: Menyoroti Peran Penyembelih (Jagal)…

Read More

Memahami Peran Panitia Qurban: Apakah Mereka Wakil atau Sukarelawan?

Ibadah qurban merupakan salah satu ibadah yang memiliki nilai keutamaan besar dalam agama Islam, yang dilakukan setiap tahun oleh umat Muslim, terutama di Hari Raya Idul Adha. Pada praktiknya, sering kita temui panitia qurban yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan ibadah ini, mulai dari penerimaan hewan qurban, penyembelihan, hingga distribusi dagingnya kepada yang berhak. Namun, pertanyaannya adalah: Apakah panitia qurban berperan sebagai wakil dari shohibul qurban (pemilik hewan) dalam ibadah ini, ataukah hanya sekadar sukarelawan yang membantu teknis pelaksanaan? Peran Panitia dalam Qurban: Sukarelawan atau Wakil? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari…

Read More