“Ketika Hiburan Menggoda, Akal Harus Berbicara: Menyikapi Realita Kebodohan di Era Digital” Kita hidup di era yang serba cepat, serba instan, dan serba viral. Sekali klik, jutaan konten tersaji di hadapan kita. TV, YouTube, dan media sosial menyuguhkan berbagai tayangan dari seluruh dunia—dari yang mendidik hingga yang membahayakan. Namun ada satu fenomena yang patut kita renungkan bersama: tontonan yang mempertaruhkan nyawa demi hiburan. Kita menyaksikan orang melompat dari gedung tinggi, adu kecepatan di jalan umum, menyiksa diri sendiri, bahkan melakukan hal-hal tak masuk akal—semua demi “konten”. Demi tayangan. Demi sensasi.…
Read More“Ketika Nafsu Berkuasa: Saat Kebodohan Menjadi Tak Terhindarkan”
Setiap manusia menyimpan dua kekuatan besar dalam dirinya: akal dan hawa nafsu. Keduanya terus bersaing setiap hari, setiap waktu, dalam setiap pilihan. Satu membawa kita menuju cahaya kebenaran, satu lagi menjerumuskan ke dalam kegelapan kebodohan. Akal adalah anugerah ilahi. Ia membuat kita bisa berpikir, menimbang, dan memutuskan dengan bijak. Ia menjaga kita dari tindakan gegabah dan keputusan yang menghancurkan. Sementara hawa nafsu adalah dorongan dalam diri yang liar, menginginkan yang cepat, yang menyenangkan sesaat, tanpa peduli benar atau salah. Masalahnya bukan karena manusia tak tahu apa yang benar—tetapi karena sering…
Read More“Kebodohan Paling Fatal: Salah Memilih Keyakinan”
Dalam perjalanan hidup, manusia dihadapkan pada banyak pilihan: memilih pendidikan, pekerjaan, pasangan, tempat tinggal, gaya hidup, dan sebagainya. Tapi dari sekian banyak pilihan itu, ada satu yang paling krusial, paling mendasar, dan paling menentukan arah akhir kehidupan—yaitu memilih keyakinan. Keyakinan adalah inti dari hidup manusia. Ia bukan sekadar agama yang tertera di KTP, bukan pula tradisi turun-temurun tanpa makna. Keyakinan adalah landasan nilai, penuntun arah, dan penentu nasib—bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Maka, salah memilih keyakinan adalah kesalahan paling fatal, karena taruhannya bukan sekadar kebahagiaan sesaat, melainkan…
Read More“Kebodohan: Bahaya yang Sering Tak Disadari”
“Kebodohan: Bahaya yang Sering Tak Disadari” Dalam hidup ini, banyak hal yang bisa membahayakan kita: penyakit, kemiskinan, bencana alam, bahkan kejahatan manusia. Tapi ada satu hal yang sering luput dari perhatian, padahal bahayanya bisa jauh lebih mematikan—kebodohan. Kebodohan bukan sekadar tidak tahu. Ia adalah kondisi di mana seseorang benar-benar tidak mengerti, tidak paham, dan tidak menyadari apa yang sedang ia hadapi. Kebodohan bukan hanya soal akademis atau pendidikan, tapi soal ketidaktahuan terhadap konsekuensi dari tindakan. Dan justru karena tidak tahu, maka seseorang bisa dengan mudah menyakiti orang lain—tanpa sadar, tanpa…
Read MoreWaktu Adalah Amanah, Bukan Sekadar Lewat
Waktu Adalah Amanah, Bukan Sekadar Lewat Kelak di hari kebangkitan, saat seluruh manusia berdiri di hadapan Tuhan untuk dihisab, akan ada empat pertanyaan utama yang tak seorang pun bisa lari darinya. Salah satunya adalah: “Tentang umurmu, untuk apa kau habiskan?” Pertanyaan ini sederhana, namun sarat makna. Karena saat Allah bertanya tentang umur, sejatinya itu adalah pertanyaan tentang waktu. Bagaimana kita mengisi detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari dalam kehidupan ini. Waktu Adalah Titipan, Bukan Milik Seringkali kita merasa waktu itu milik kita. Kita bebas menggunakannya sesuka hati.…
Read More“Cinta Dunia: Akar Kehancuran Harga Diri dan Hilangnya Kehormatan Manusia”
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan gemerlap materi dan obsesi terhadap kedudukan, semakin tampak betapa mudahnya manusia kehilangan harga diri dan kehormatan. Segala hal bisa diperjualbelikan: suara, prinsip, bahkan iman. Tak sedikit orang yang dulunya mulia, jatuh hina hanya karena tergoda oleh harta atau kedudukan. Dalam ajaran Islam, fenomena ini telah lama diperingatkan sebagai akibat dari hubbud dunya—cinta dunia yang berlebihan. Cinta Dunia: Awal dari Segala Kerusakan Nabi Muhammad SAW bersabda: “Hampir tiba suatu masa di mana bangsa-bangsa akan mengerumuni kalian seperti orang-orang yang lapar mengerumuni hidangan.”Para sahabat bertanya, “Apakah…
Read More“Ketika Segalanya Bisa Dibeli: Krisis Nilai dalam Bayang-Bayang Kapitalisme Tanpa Nurani”
Zaman terus bergerak maju. Teknologi berkembang, dunia terasa makin dekat, namun satu hal yang justru semakin langka: kejujuran. Hari ini, kejujuran tidak hanya menjadi barang mahal, tapi juga bisa dibeli. Ironis. Mereka yang seharusnya menjadi penjaga nilai, justru ikut dalam pusaran jual beli nurani. Oknum kiyai dan ulama, para cendekiawan dan akademisi, bahkan suara rakyat kecil, semua bisa diperdagangkan. Apa yang sedang terjadi? Krisis ini bukan sekadar masalah ekonomi atau politik. Ini adalah krisis harga diri, krisis kemanusiaan. Ketika manusia tak lagi memegang teguh kehormatannya, maka ia rela menjual dirinya.…
Read More“Ketika Anak Kecanduan Game: Saatnya Orang Tua Bangkit, Bukan Menyerah”
Di balik layar kecil sebuah gawai, sering tersembunyi sebuah kenyataan pahit: anak-anak kita semakin tenggelam dalam dunia game. Mereka bermain tanpa kenal waktu, menolak membantu orang tua, bahkan berani membantah ketika dinasihati. Inilah yang terjadi saat game bukan lagi sekadar hiburan, tetapi menjadi pusat hidup seorang anak. Fenomena ini tidak sedikit. Banyak orang tua, khususnya yang memiliki anak usia SMP, mengaku merasa kalah. Sang anak tak bisa lepas dari layar, enggan belajar, sulit diatur, dan menjauh dari nilai-nilai keluarga. Bahkan ketika sang ibu mencoba membimbing dengan cinta, justru dibalas dengan…
Read More“Game: Alat Canggih yang Tak Boleh Digunakan Sembarang Orang”
Di era digital ini, game bukan lagi hal asing dalam kehidupan sehari-hari. Ia hadir dalam berbagai bentuk—di ponsel, tablet, hingga komputer rumah. Bagi sebagian orang, game dianggap sekadar hiburan, namun bagi sebagian lainnya, game bisa menjadi candu yang melumpuhkan masa depan. Namun satu hal penting yang perlu kita pahami: game hanyalah alat. Ia tidak salah. Yang menjadi masalah adalah siapa yang menggunakannya dan bagaimana cara menggunakannya. Game Seperti Pisau Tajam Bayangkan sebuah pisau. Di tangan koki profesional, pisau menghasilkan karya seni berupa makanan lezat. Tapi di tangan anak kecil yang…
Read More“Kecanduan Game: Tragedi Remaja Masa kini”
Di zaman yang serba digital ini, kita hidup berdampingan dengan teknologi yang terus berkembang—termasuk hadirnya gawai dan permainan digital (game). Anak-anak, remaja, hingga orang dewasa kini akrab bahkan tenggelam dalam dunia game. Tidak jarang kita mendengar keluhan, “Anak saya kecanduan game,” atau, “Dia tidak bisa lepas dari HP-nya.” Ya, ini adalah realitas zaman. Namun, pertanyaannya adalah: apakah ini sebuah musibah? Ataukah ini justru tantangan yang menuntut kebijaksanaan kita untuk menyikapinya? Ketika Game Menjadi Dunia Kedua Banyak dari generasi muda menjadikan game sebagai “dunia kedua” mereka. Di sana mereka merasa menjadi…
Read More