Krisis Pemuda Kreatif: Tanggung Jawab Siapa?

Krisis pemuda kreatif bukan semata-mata masalah personal—ini adalah masalah kolektif. Jika di sebuah desa terdapat organisasi kepemudaan yang tidak mampu memberi kontribusi apa pun, baik kepada masyarakat maupun pemerintah desa, maka jelas ini merupakan gejala serius. Organisasi tersebut ibarat tubuh tanpa jiwa—ada secara fisik, namun mati secara peran. Lalu pertanyaannya, kenapa ini bisa terjadi? Apakah ini murni kesalahan para pemuda? Atau justru karena generasi dewasa sebelumnya gagal menanamkan nilai-nilai kreatifitas dan semangat berorganisasi sejak remaja? Ataukah iklim dalam organisasi itu sendiri yang suram, penuh intrik, minim apresiasi, atau bahkan terlalu…

Read More

Ironi Pemuda Tanpa Gagasan: Sebuah Refleksi Kepemudaan di Tingkat Desa

Seorang pemuda sejatinya adalah pribadi yang giat, bersemangat, dan kritis dalam berpikir. Ia mampu membaca realitas sosial di sekitarnya, peka terhadap dinamika di lingkungannya, khususnya di desa tempat ia tinggal. Pemuda seperti ini akan selalu bertanya: Apa yang bisa saya lakukan untuk desa saya? Apa ide yang bisa saya gagas demi kepentingan bersama? Kegiatan sosial apa yang bisa saya inisiasi bersama teman-teman? Pemuda yang aktif berorganisasi dan peduli pada desanya seharusnya menjadi sumber energi positif bagi lingkungannya. Ia tidak hanya hadir dalam struktur organisasi, tetapi benar-benar hidup di dalamnya—menghidupkan gagasan,…

Read More

Ketika Organisasi Menjadi Rumah Kedua: Rahasia Terciptanya Kebersamaan yang Ngangeni

Ada kalanya kita menjumpai organisasi yang terasa berbeda. Bukan sekadar tempat menjalankan program atau meraih target, tapi menjadi rumah kedua—tempat yang dirindukan, tempat bertumbuh bersama, tempat di mana setiap anggotanya merasa dihargai, dimiliki, dan dicintai. Organisasi semacam ini tidak hanya hidup secara struktural, tapi juga bernyawa secara emosional dan spiritual. Bagaimana bisa tercipta suasana seperti ini? Inilah beberapa kunci utamanya: 1. Kepemimpinan yang Menghimpun, Bukan Memerintah Segalanya bermula dari pemimpin. Dalam organisasi yang sehat, pemimpin bukan sekadar orang yang memberi perintah, tapi sosok yang hadir sebagai pelindung, pendengar, dan penggerak…

Read More

Kepemimpinan yang Terkunci Rasa Pekewuh: Antara Hormat dan Mandat

Kepemimpinan yang Terkunci Rasa Pekewuh: Antara Hormat dan Mandat Menjadi pemimpin organisasi bukan sekadar soal jabatan atau kewenangan administratif, tapi juga keterampilan sosial dan kearifan budaya. Namun, bagaimana jika dinamika sosial dan budaya justru menjadi penghambat dalam menjalankan kepemimpinan? Inilah yang terjadi ketika seorang ketua harus memimpin orang-orang yang secara usia, pengalaman, atau status sosial lebih “tinggi” darinya—termasuk, misalnya, sekretaris yang adalah seorang sesepuh. Fenomena ini menimbulkan dilema: pemimpin memiliki mandat, tapi terpenjara oleh rasa tidak enak—pekewuh. 1. Ketegangan antara Struktural dan Kultural Dalam struktur organisasi, ketua adalah pengarah tertinggi.…

Read More

Ketika Segalanya Menjadi Formalitas: Hantu Tak Kasat Mata yang Menggerogoti Hakikat

Dalam kehidupan sosial, kita sering menjumpai fenomena di mana segala sesuatu dijalankan sekadar untuk memenuhi syarat—tanpa makna, tanpa jiwa. Urusan keluarga, silaturahmi, kegiatan organisasi, hingga hubungan sosial lainnya, kerap kali terjebak dalam pola yang bernama: formalisme. Kita hadir, tapi hati tidak ikut serta. Kita bertemu, tapi tidak benar-benar menyapa. Kita menjalankan tugas, tapi bukan karena panggilan nurani, melainkan kewajiban kosong. Inilah bentuk keterasingan batin yang lahir dari dominasi formalitas dalam kehidupan kita. 1. Apa Itu Formalisme? Formalisme bukan sekadar “mengikuti aturan”. Ia adalah pola pikir dan tindakan yang lebih mengutamakan…

Read More

Ketika Pemimpin Menjadi Mesin: Bahaya Rangkap Jabatan dan Hilangnya Ruh Kebersamaan

Di tengah semangat berkontribusi dan aktif dalam berbagai organisasi, tak jarang seseorang merangkap banyak jabatan dalam waktu yang sama. Sekilas terlihat hebat: penuh aktivitas, rapat sana-sini, agenda penuh setiap pekan. Namun tanpa disadari, kondisi seperti ini menyimpan bahaya yang sangat serius, baik bagi individu itu sendiri maupun organisasi yang ia pimpin. Salah satu dampak paling nyata adalah mati rasa—terutama terhadap sesama anggota. 1. Hati yang Mati Rasa: Akibat Terlalu Sibuk Tanpa Ruang Jiwa Orang yang terlalu banyak terlibat dalam banyak organisasi dalam waktu bersamaan akan mengalami kelelahan emosional. Energi dan…

Read More

Ketika Organisasi Kehilangan Ruh Kebersamaan: Tanda, Sebab, dan Refleksi

Dalam dinamika berorganisasi, tentu kita berharap bisa menemukan rasa kebersamaan, kekeluargaan, dan keterikatan hati antar sesama anggota. Namun, bagaimana jika yang kita rasakan justru sebaliknya? Ikut berbagai kegiatan dan rapat, tapi hati tetap merasa kosong. Bertemu sesama anggota, tapi tak ada getaran keakraban. Semuanya terasa formalitas belaka, dan lambat laun, semangat pun memudar. Fenomena ini bukan sekadar persoalan perasaan pribadi. Bisa jadi ini adalah tanda adanya krisis mendalam dalam tubuh organisasi itu sendiri. Lalu bagaimana kita memahami hal ini? 1. Kelemahan dalam Manajemen Relasi dan Budaya Organisasi Salah satu penyebab…

Read More

Ketika Organisasi Agama Diam, Siapa yang Akan Menjadi Penjaga Umat?

Ketika Organisasi Agama Diam, Siapa yang Akan Menjadi Penjaga Umat? Di tengah kehidupan masyarakat desa, organisasi keagamaan memainkan peran vital yang tak tergantikan. Ia adalah garda terdepan dalam menjaga pelaksanaan ajaran agama, memastikan nilai-nilai syariat tetap hidup, dan menjadi penyeimbang moral dalam kehidupan sosial. Melalui organisasi inilah, amar ma’ruf nahi munkar ditegakkan, perbuatan dosa dicegah, dan umat dibimbing menuju ridha Allah. Dalam konteks ini, apabila terjadi pelanggaran seperti praktik riba, suap menyuap, atau bentuk kemungkaran lainnya, maka sudah semestinya organisasi agama tampil ke depan—menegur, mengingatkan, dan menyadarkan. Ketika ada individu…

Read More

Krisis Disiplin di Usia SMP/MTs: Salah Siapa?

Oleh: Andik Irawan Miris rasanya menyaksikan fenomena yang cukup memprihatinkan di dunia pendidikan kita hari ini. Para siswa usia SMP atau MTs yang seharusnya sudah mulai menunjukkan kedewasaan dalam sikap, justru masih terjebak dalam pola perilaku yang kurang disiplin. Masuk ruang kelas dengan gaduh, pakaian tidak rapi, baju tidak dimasukkan, tidak menghargai guru, buku dan catatan yang tidak siap, PR yang tidak dikerjakan, hingga komunikasi yang kurang sopan kepada guru maupun teman sejawat, menjadi potret nyata yang kerap ditemukan. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan besar: Jika di usia SMP atau…

Read More

Menuntut Ilmu Agama: Untuk Siapa dan Untuk Apa?

Dalam kehidupan seorang Muslim, menuntut ilmu agama adalah kewajiban yang tak bisa ditawar. Namun yang sering luput dari perhatian adalah niat di balik proses menuntut ilmu itu sendiri. Apakah kita belajar agama karena ingin benar-benar memahami dan mengamalkan syariat? Ataukah kita terdorong oleh cita-cita menjadi ustadz, penceramah, atau da’i yang dikenal orang? Niat: Pondasi Segala Amal Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”(HR. Bukhari dan Muslim) Hadis ini menjadi pengingat bahwa niat adalah inti dari semua…

Read More